Makna Dalam Frasa
suatu tanda dimana aku mulai berbayang //
Apa aku harus mengarungi samudra yang pernah ku lihat
Menyusuri tiap bibir pantai indah yg mendekat Melangkah diatas gelombang pasir yang berlari Memberi warna pada setiap langit yang mengudara Ingatlah tentang hati yang berderu Memberi sedikit cinta untuk sekedar bersandar Dermaga ini adalah cerita dari jeritan pertemuan Antara matahari dan bumi Bertemu, dalam nirwana yang abadi
0 Comments
Dengarkan,
Aku juga tak mengerti tentang perkataan bulan Tentang realita dalam fluktuasi tingkah rotasi alam semesta Yang ku dengar hanyalah lirik bernada pada secarik beranda pada kanal dunia maya Setiap lagu yang tercipta adalah lintasan kata Menyelami frasa, membuka realita atau fase Sebuat liputan cerita yang menari dalam kunci-kunci manis pada gitar bersenar Menarik lara atau suka menjadi sejiwa Selamat hari pertama ditanggal satu ditahun ke delapan belas awal peradaban milenium. Surat yang akhir tahun ini kita tukarkan adalah narasi yang bernyawa
Perlu nafas yang sedikit lebih banyak Setiap momen waktu ku terdiam, itu yang menjadikanmu makna Bukankah kamu yang mempersilahkan aku tuk berfikir ? Menatap dalam kebutaan, atau sekedar berfikir ketika badai tak kunjung henti Walau jiwa tak kunjung menepi Melihat hatimu pula, sehingga tercipta persimpangan ini Mau tak mau aku ingin berhenti lama Menunggu bersama, mencari warna yang sama Jika langit melihat Katakanlah kalau kamu ingin hujan yang lebih reda Supaya aku bisa me-mayungi kamu dengan sempurna Dan juga setiap cinta mewangi bersama rasa Panggilanmu yang tak pernah menyapa
Kini giliran ku yang menunggu Hal yang tak pernah ku lakukan dulu Menjadikan riuh jalanan menjadi perjalananku Kebisingan ini bukanlah teman Ia menusuk waktu hingga putaran jam itu berhenti Sayang... Aku tak punya belati untuk berperang Melawan waktu, meruntuhkan tembok amarah Tubuhku hanya berkamuflase untuk bersembunyi Hingga pada satu waktu aku terlalu biru Ya. Terlalu biru untuk bergerak Waktu, tunggulah sebentar Jika aku hidup. Titipkan sebuah busur panah Biar aku yang menerjang perang membawa terang. Ini mungkin adalah mimpi yang tak pernah terbangun
Menatap kesunyian dibalik selimut putih Membentangkan darah yang mengalir dalam nadi Mengucap rindu bersama angin malam Kamu adalah lautan rembulan yang tak pernah berderu Kamu bukan pula makna dalam setiap keraguan Tapi diri ini berkata, jika engkaulah yang menari dalam ombak itu Malam-malam ini aku tak melihat jemari cantikmu kembali Pulanglah bersama radar yang pernah kau temukan dalam kapal Jika kamu berlayar, janganlah lupa kalau kau berlayar di gelombang mimpi Dan jika telah sampai.. Temui aku di pelabuhan muara, yang bertepi didalam rasa terdalam-mu. Hangat mata pergi tak kembali
Hilang tapi bersua dengan jatuhnya masa itu Hanya terngiang berdentum di keliru masa kini Lembut lirikan masa lalu Menari dalam waktu sendiri hingga larut Kelam tapi indah, karna disisi hitamnya bergariskan pelangi Walau kini cuma dinding kosong bercoretkan tinta mati Ingin kah kau lukiskan seni terindah disana Beralaskan menjadi penikmat keindahan-keindahanmu Mengganti tinta mati menjadi mahakarya sunyi Berdiri tegak disamping kekosongan manusia Redup berhias airmata kamu sang pelukis yang menemani sang alam akankah menjadi.. Aku adalah ruang
Dan aku adalah kemunafikan Ketika kamu rentan jatuh Aku adalah keteraturan Aku adalah literatur komedi Yang tertawa diatas ruangmu itu Coba temui arti hari ini
Yang hadir di secangkir kopi ditengah taman Bukannya ditemani, malah berlari Juga bergerak di riuh benci Seduhlah kembali, hingga larut Dan bisa dinikmati “Tau gak kenapa senja itu menyenangkan? Kadang dia merah merekah bahagia Kadang dia hitam gelap berduka Tapi langit Selalu menerima senja apa adanya” — Tika Bravani https://www.youtube.com/watch?v=PdvSe_rmBYE Terlalu biru untuk menjelang pagi
Juga terlalu gelap untuk menuju malam Tidaklah sulit untuk merajut luka Apa juga menjadi buta jika terbuka ? Teruntuk sebuah sayatan yang hari ini merekah Bukalah ketika mentari itu berkata iya Bukankah tiap malam jiwanya merintih ? Bertulis perih dalam darah 02:09 |
Selamat mengudara kawan ! oleh Vegan VanjayaPutar ini ketika membaca sajak disamping.
CategoriesArchives
February 2018
|